BIJAK ONLINE-Proyek pekerjaan jalan dari Pintu Angin menuju Labuah Saiyo di Nagari Koto Gaek Guguk, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok yang mempergunakan dana APBD Provinsi Sumbar tahun jamak, diduga asal jadi. Dugaan itu karena sejak akhir September 2014 hingga, 15 Oktober 2014, sudah tiga kali terjadi badan jalan longsor, akibat tidak ada penahan, terutama pada bagian urugan lurah sepanjang 70 meter dengan kedalaman atau ketinggian urugan lebih dari 50 meter.

Walinagari Koto Gaek Guguk, Dusri Harpen, nampak menunjukan jalan yang ambrol sedalam lebih dari 150 cm dan terdapat 4 titik dengan kedalaman yang berpariasi. Padahal jalan tersebut diperuntukan untuk pengganti jalan nasional, tapi diduga dikerjakan oleh kontraktor asal jadi

Kemudian  pihak kontarktor pelaksana PT. Iklas Jaya,  tidak transparan kepada masyarakat. Bahkan dalam pengerjaan jalan dalam tahun jamak itu, tidak ada plang merek yang terpasang pada pengerjaan jalan tersebut, sehingga masyarakat tidak tau pasti berapa biayanya. Padahal sesuai Perpres Nomor 70/2012 tentang pengadaan barang dan jasa jo Undang-undang Nomor 14/2008 tentang keterbukaan informasi Publik (KIP), Plang identitas wajib dipasang, agar masyarakat mengetahui tentang kegiatan proyek tersebut, termasuk anggaran dan batas waktu pengerjaan yang dilakukan oleh rekanan. Tidak itu saja, pelaksanaannya juga bertentangan dengan transparansi keterbukaan seperti yang ditegaskan dalam Permen PU No 09/PRT/M/2010, pasal 13.


Walinagari Koto Gaek Guguk, Dusri Harpen, juga menuding bahwa PT Ikhlas tidak transparan kepada masyarakat dalam mengerjakan jalan nasional tersebut. “Lihat saja, proyek dengan nilai miliaran rupiah, tapi plang merek tidak dipasang, ini sama saja melakukan kebohongan publik. Kalau mereka mau jujur, pasti akan dipampang plang proyek, dan kita tau berapa dananya,” tutur walinagari Dusri Harpen.

Kecurigaan masyarakat tentang tidak keterbukaan PT. Ikhlas dalam mengerjakan proyek pengurukan lurah yang berada di belakang kantor Walinagari Koto Gaek, sudah terbukti. Dalam sebulan, timbunan yang diduga asal-asalan tersebut, terjadi tiga kali longsor dan retak-retak dan lobang menganga. Pertama terjadi akhir November 2014, kemudian tanggal 6 Oktober dan terakhir Rabu tanggal 15 Oktober 2014 kemaren.

Padahal jalan itu nantinya akan digunakan untuk pengganti jalan nasional yang melintas di Arosuka dengan berat kendaraan dan muatan puluhan ton. “Sementara belum dilintasi kendaraan saja, jalan sudah mabruk, bagaimana kalau lalu lintas sudah dialihkan ke sini, akan berapa terjadi korban jiwa. Proyek jangan hanya hanya mencari keuntungan semata, tapi pikirkan juga nasib masyarakat pengendara,” jelas Dusri Harpen.

Normalnya, timbunan tanah untuk kelas C dipadatkan dengan pitbro, namun ini hanya memakai timbunan tanah sawah yang didapat gratis dari masyarakat sekitar dan timbunan yang lama atau geotextilenya dibuang dulu. Selain itu, timbunan urugkan untuk jalan nasional seharusnya menggunakan cadas keras atau batu-batuan, namun ini hanya pakai tanah. “Sayangnya pengawasan dari dinas terkait sangat lemah dan diduga proyek jalan nasional itu penuh dengan kongkolingkong,” tambah Dusri Harpen.

Tokoh masyarakat Koto Gaek yang juga anggota BMN nagari setempat, Mardi Handerson Sutan Sampono,  menilai pihak PT. Ikhlas tidak transfaran di dalam mengerjakan jalan tersebut, karena disamping tidak adanya plang merek, juga pengawas jarang ada di tempat. Selain itu, ketika melakukan pengurukan jalan sedalam 50 meter, jalan tersebut hanya diurug dengan menggunakan tanah sawah milik salah seorang warga yang juga tidak dibeli oleh PT. Ihlas, melainkan hanya memberi imbalan berupa perataan lokasi tanah. Rencananya masyarakat akan melakukan mosi tidak percaya kepada pihak pelaksana dengan melakukan pembubuhan tanda tangan tidak setuju jalan dikerjakan asal jadi (wandy)

google+

linkedin