BIJAK ONLINE (SOLOK)-Rubuan ikan jenis nila, nila  jumpo, patin dan ikan mas, yang dipelihara di keramba apung (terapung), mengalami mati mendadak. Bahkan kematian ikan yang sudah siap panen itu, belum diketahui apa penyebabnya. Akibab kematian ikan yang diduga puluhan ton itu, nelayan di pinggir danau Singkarak mengalami kerugian ratusan juta rupiah.

Berdasarkan data yang dihimpun, Kamis (12/2), sedikitnya sekitar 90 buah keramba yang terdapat di  Keramba yang di nagari Paninggahan, Singkarak dan nagari Saningbakar, mengalami kematian ikan, yang sampai saat ini belum diketahui penyebabnya.

“Kami tidak tau apa penyebab pasti kematuian ikan ini, kami mengetahui ikan kami sudah mati waktu pagi hari kemaren,” tutur Nazar (45) nelayan setempat.

Selain Nazar, hal yang sama juga dialami oleh nelayan keramba apung, Jupri, setidaknya puluhan ton ikan miliknya yang ditanam di 30 buah keramba, mengalami nasib yang sama. Bahkan kerugian jupri hampir mendekati Rp 1 miliar. “Saat ini harga ikan per kilonya Rp 24 ribu dan sedikitnya satu kermba menghasikan ikan satu ton. Kalau dihitung-hitung, sekitar Rp 750 juta saya mengalami kerugian,” tutur Jupri.

Arpen (46), nelayan ini  juga mengaku mengalami kerugaian ratusan juta rupiah karena ikan di dalam 50 keramba miliknya  mati secara mendadak. Sedikitnya 50 buah keramba miliknya, juga mengalami kematian ikan mendadak. Mayoritas nelayan di Singkarak merupakan nelayan penggarap. Mereka hanya sebagai pengelola dengan sistim bagi hasil. Dan ada pemilik modal dibelakang mereka.

Para nelayan itu berharap, baik Dinas Perikanan Kabupaten Solok, Pihak kepolisian turun tangan menyelidiki kasus tersebut, agar tidak menimbulkan fitnah ditengah masyarakat. “Ini tampaknya ada keanehan, kenapa ikan yang ada di danau yang bebas tidak ada yang mati, tetapi ikan kami pada mati. Dan masih banyak juga keramba lain yang keramba mereka tidak ada ikannya yang mati. Sepertinya ada sabotase,” tutur Arpen.

Danau Singkarak yang merupakan Danau terbesar di Sumatera Barat dengan seluas 107,8 m2 itu. . Baik Nazar maupun Jupri, Arpen dan nelayan lain, berharap ada perhatian dan bantuan dari pemerintah daerah, agar nelayan bisa kembali membeli bibit ikan. “Kami berharap, agar pemerintah Kabupaten Solok dan Sumbar memperhatikan nasib kami dan mau membantu membeli bibit ikan agar nasib kami tidak terlalu parah,” tutur Jupri, yang diamini pemilik keramba lain yang sama-sama mengalami kematain ikan

Tokoh masyarakat X Koto Singkarak, Septrismen Sutan Putih yang juga anggota DPRD Kabupaten Solok, meminta agar pihak-pihak terkait seperti kepolisian dan Dinas Perikanan Kabupaten Solok, menyelidiki apa penyebab kematian ikan para nelayan di pinggir danau Singkarak ini. “Ini merupakan masalah besar di dunia perikanan dan nelayan kita. Dan saya berharap agar pihak-pihak terkait bisa menyelidiki kasus ini dan mencari apa penyebab ikan para nelayan mati mendadak,” tutur Septrismen di Kantor DPRD Kabupaten Solok (wandy)

google+

linkedin