Inilah fhoto ke-35 orang anggota DPRD Kabupaten Solok saat pelantikan bulan Agustus Tahun 2014 silam, mereka berjanji akan pro rakyat


BIJAK ONLINE (SOLOK)-Disaat masyarakat Kabupaten Solok dilanda kesusahan seperti petani padi gagal panen akibat kekeringan dan juga serangan hama tikus melanda sawah masyarakat serta para petani hultikultura seperti tanaman bawang, kol dan sayuran lainnya juga rusak akibab kabut asap, maka wakil mereka yang duduk di DPRD malah pergi bersenang-senang dan berpoya-poya ke Pulau sorga dunia Bali.

“Ini benar-benar keterlaluan, saya baca di koran, seluruh anggota DPRD pergi ke Bali, sementara hampir seluruh petani padi menjerit akibab kekeringan dan hama tikus, malah wakil mereka di DPRD pergi bepesta pora ke pulau Bali,” tutur tokoh masyarakat Kabupaten Solok, Mahendra Sinapa, Selasa (19/10),  di Arosuka. 

Menurutnya, anggota dewan harusnya lebih fokus memikirkan nasib rakyat yang kesusahan, tetapi ini malah sebaliknya, mereka melupakan penderitaan rakyat yang telah menunjuk mereka duduk di kursi empuk.  

Kemudin, kata Mahendra Sinapa, kejadian semacam ini, bukan untuk pertama kali terjadi, sebelumnya anggota DPRD Kabupaten Solok juga melakukan kunker ke Bali, pada bulan Oktober tahun 2014 silam, disaat masyarakat Kabupaten Solok dilanda banjir bandang, bahkan sedikitnya waktu itu sebanyak 2.824 rumah terndam banjir termasuk fasilitas umum seperti sekolah dan masjid, malah anggota DPRD juga pergi ke pulau Dewata Bali. “Tidak tau apa alasan mereka pergi ke Bali untuk kunker, namun yang jelas di sana bisa melihat bule berjemur di pantai atau melihat kehidupan malam yang serba wah,” tutur Mahendra Sinapa.

Sesuai catatan yang wartawan koran ini, setidaknya pada tanggal 31 Oktober 2014 silam, lebih dari 2.824 rumah terendam banjir setinggi 50-100 cm, yaitu di Kota Solok merendam sebanyak 820 rumah dan di Kabupaten Solok merendam sebanyak 2.004 rumah. Di Kabupaten Solok waktu itu bencana banjir melanda Selayo, Koto Baru dan nagari Muara Panas. Sementara di Kota Solok banjir melanda 6 nagari di 2 kecamatan menyebabkan 3.591 jiwa dilanda kepanikan akibab rumah mereka terendam air.

Mahendra Sinapa malah berharap agar masyarakat seperti LSM dan wartawan, seharusnya lebih kritis terhadap wakil mereka yang duduk di DPRD, karena mereka diperjalankan dengan uang rakyat. “Meski agenda ke Bali sudah dijadwalkan oleh Bamus DPRD, namun Bamus itu yang membuat juga anggota dewan itu sendiri. Apa tidak sebaiknya mereka pergi study banding ke Wilayah yang sama secara geografis dan ekonomi dengan Kabupaten Solok, seperti ke Jawa Barat atau ke Aceh,” tutur Mahendra Sinapa. 
            Pernyataan dan kritikan yang sama juga disampaikan Koordinator LSM Perak Kabupaten Solok, Yemrizon Dt Penghulu Sati terhadap anggota DPRD Kabupaten Solok.  “Kita harus mempertanyakan kepergian anggota DPRD ke Bali pada saat masyarakat dalam kesusahan akibab kabut asap, sebab mereka kunker pakai uang rakyat, kenapa mereka tidak mencoba menahan diri dan membantu masyarakat di dapil mereka masing-masing dengan bantuan sembako dan bibit tanaman padi atau hultikultura. Kemana hati nurani mereka yang katanya wakil rakyat?,” tutur Yemrizon dengan nada sinis. Kunker ke Bali, di mata Yemrizon tidak lebih dari sekedar pergi jalan-jalan dan bersenang-senang. 

“Kalau mereka punya hati nurani, tentu mereka tidak akan pergi ke Bali, dan mereka lebih memilih turun dan curhat ser ke dapil mereka, apa solusi yang terbaik dalam mengatasi kemiskinan yang ditimbulkan akibab gagal panen, karena musim kemarau panjang, serangan sawah akibab hama tikus dan juga dalam tiga bulan terakhir musim kabut melanda yang berakibab ekonomi masyarakat di sektor pertanian merosot. 

“Saya menilai wakil rakyat yang duduk di DPRD, lebih banyak memikirkan bagaimana untuk mendapatkan uang saku dari pada menjalankan fungsinya sebagai Wakil Rakyat. Sebab kalau mereka hanya Wakil, tentu ketuanya adalah rakyat seluruh Kabupaten Solok. Tapi ini mereka sudah menghambur-hamburkan uang rakyat,” tutur Yemrizon. Ditambahkannya, setiap kali kunker, minimal mereka menghabiskan uang Rp 500 juta, bersama pendamping. Uang sebanyak itu harusnya bisa dibantu untuk membeli bibit tanaman padi, kol, bawang atau pupuk. Tapi mereka tidak peduli dan melupakan janji mereka sewaktu kampanye (wandy)

google+

linkedin