Kabut asap makin dalam menyelimuti Kabupaten Solok, seperti tampak pada gambar Tugu Ayam Arosuka masih tertutup kabut asap tebal yang sangat mengganggu kesehatan dan jarak pandang hanya sekitar 100 Meter


BIJAK ONLINE (SOLOK)-Bencana kabut asap yang melanda Kabupaten Solok dan daerah lain di Sumatera, sepertinya sudah dianggap hal biasa oleh masyarakat, meski kondisi udara di Kabupaten Solok makin hari makin buruk.

Dalam dua hari terakhir, hampir seluruh wilayah di Kabupaten dan Kota Solok diselimuti bencana kabut asap dan jarak pandang hanya sekitar 50 hingga 100 meter. Dampak dari kabut asap yang berkepanjangan ini, juga sudah berhasil melumpuhkan perekonomian masyarakat, khususnya petani hultikultura dan petani padi. “Sabanayo sia yang batangguang jawek masalah kabut asap ko. Pemerintah jo apak-apak dewan tu indak paduli nasib kami para petani,” tutur Isil, warga Koto Tuo, jorong Kayu Jao, nagari Batang Barus, Jum’at (23/10). Dia menjelaskan bahwa hampir seluruh masyarakat terganggu kesehatannya, mata perih dan nafas sesak atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

Disisi lain, dampak dari kabut asap telah melumpuhkan ekonomi masyarakat diberbagai sektor, termasuk sektor pertanian, perikanan dan juga sektor kepariwisataan. Hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Solok masyarakatnya bingung mau mengadu kepada siapa. Di kecamatan kecamatan Gunung Talang, Bukit Sundi, Tigo Lurah, X Koto Singkarak, Junjung sirih dan Kubung, ratusan petani gagal panen akibab kekeringan dan kabut asap. 

Selain itu, bagi para petani yang masih bisa panen, mereka kebingungan menjemur gabah, karena tidak ada sinar matahari. “Ini bukan hanya sekedar bencana, tapi sudah azab yang didatangkan oleh Allah kepada kita. Sebenarnya ini dosa siapa?.” Tutur Firdaus, tokoh masyarakat nagari Sulit Air. “Kalau hanya sekedar kabut asap, tentu tidak akan berpengaruh kepada ekonomi masyarakat. Tapi akibab kabut asap yang berkepanjangan ini. Daya beli masyarakat rendah, pasar-pasar pada sepi,” tutur Firdaus.

Dilain pihak, beberapa sekolah sudah mulai meliburkan sekolahnya kembali seperti yang terjadi di Gunung Talang, Kubung, Bukit Sundi, Hiliran Gumanti, Lembah Gumanti dan Singkarak. Sementara masih ada juga sekolah yang memilih tetap menjalankan PBM, karena terlalu lama diliburkan, akan berdampak kerugian bagi pelajar. “Kita sudah memberi kebijakan lokal kepada pihak sekolah, bila ada yang mau diliburkan, silahkan saja. Sebab mau meliburkan secara bersama, kita belum dapat surat resmi dari pemerintah apakah kabut asap ini sudah berbahaya atau belum, sebab kita juga punya pimpinan,” tutur Plt Kadis  Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Solok, Zulfadli, SPd.  

Sebelumnya, di kota Solok yang merupakan tetangga dekat Kabupaten Solok, sebanyak Rp15 ribu siswa se-Kota Solok beberapa waktu lalu sempat diliburkan, namun saat ini sudah kembali beraktifitas seperti biasa. Kepala Dinas Pendidikan Kota Solok, Rafatli, juga mengaku kalau terus diliburkan, maka pelajar akan rugi dan banyak ketinggalan mata pelajaran. Sementara kalau terus sekolah, banyak siswa dan guru yang terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan sakit akibab kabut asap (wandy)

google+

linkedin