BIJAK ONLINE (OPINI)-Sebagai organisasi kader, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sudah banyak melahirkan tokoh-tokoh nasional yang cukup teruji kemampuannya. Baik di bidang pemerintahan, politisi, penegak hukum, pendidikan, wirausaha dan lainnya.

Khusus di pentas perpolitikan nasional, sangat banyak nama-nama alumni dan kader HMI yang menjadi tokoh nasional. Seperti Akbar Tandjung (mantan Ketua Umum Partai Golkar dan Mensesneg), Jusuf Kalla (Wapres RI sekarang), Mahfud MD (Mantan Ketua MK), Anas Urbaningrum (mantan Ketua Umum Partai Demokrat), Egi Sujana (Pengacara dan mantan politisi PDIP), Akbar Faisal (mantan politisi Partai Hanura yang kini pindah ke Nasdem) dan Emma Yohanna (anggota DPD-RI asal Sumbar).

Sedangkan untuk tingkat Sumatera Barat, juga banyak nama populer yang merupakan alumni HMI. Misalnya, Marzul Very (mantan Ketua KPU Sumbar), Alis Marajo (mantan Bupati Limapuluh Kota), Zulkenedi Said, Jonimar Boer (mantan anggota DPRD Sumbar), Basrizal Dt. Rangkayo Basa (politisi Partai Nasdem Sumbar) dan beberapa nama lainnya.

Namun pada kesempatan ini, penulis akan coba membahas tentang sosok Irwan Prayitno (mantan Gubernur Sumbar periode 2010-2015). Bukan apa-apa, di Sumbar ada ribuan kader dan alumni HMI yang tersebar di berbagai instansi pemerintah dan swasta.

Penulis sempat terkejut begitu membaca biografi ataupun profil Irwan Prayitno di internet. Baik melalui inseklopedia maupun tulisan-tulisan lainnya yang menyatakan bahwa Irwan Prayitno ternyata seorang mantan aktivis HMI. Dalam biografinya tersebut, Irwan Prayinto tercatat sebagai sebagai Ketua HMI Komisariat Fakultas Psikologi UI Jakarta tahun 1984. Sebagai kader dan alumni HMI, tentu saja penulis menaruh hormat kepada beliau.

“Benar, Irwan Prayitno itu memang alumni HMI. Saya pun baru tahu beliau HMI ketika ada acara pertemuan KAHMI (Korp Alumni HMI) di Gubernuran bulan puasa 1436 H kemarin,” kata M Taufik, mantan Ketua HMI Cabang Padang periode 1999-2000, yang juga merupakan sahabat penulis.

Menurut Taufik, sosok Irwan Prayitno ternyata cukup peduli dengan perkembangan dan kemajuan HMI di Sumbar. Meski demikian, dia tidak mau menggiring kader maupun alumni untuk mendukung Irwan Prayinto pada Pemilihan Gubernur Sumbar, 9 Desember 2015 mendatang. Sebab, HMI merupakan organisasi kemahasiswaan yang independen bukan organisasi politik.

“Kalau memang ada alumni HMI yang bagus dan maju jadi calon kepala daerah tentu lebih kita dukung ketimbang yang bukan alumni HMI. Itu pendapat pribadi saya,” ucap Taufik sambil tersenyum.

Berdasarkan informasi yang penulis peroleh, selama menjabat Gubernur Sumbar 5 tahun, ternyata Irwan Prayitno cukup memberikan apresiasi kepada kegiatan HMI maupun KAHMI. Hal itu terbukti ketika beliau menghadiri pengukuhan pengurus BADKO (Badan Koordinasi) HMI Sumbar periode 2011-2012 di Auditorium Kantor Gubernur Sumbar, tanggal 21 Agustus 2011 silam.

Irwan Prayitno yang juga alumni HMI dalam penyampaian stadium general antara lain menekankan agar HMI mampu menjadikan aktivitasnya di organisasi sebagai wadah untuk melatih diri.

"Diharapkan setelah tiba di tengah-tengah masyarakat setamat kuliah nanti tidak canggung, dan mampu hidup mandiri dan yakin usaha yang dilakukannya akan sampai atau ada rasa percaya diri," katanya seperti dikutip dari situs inilah.com.

Sebagai aktivis, diakui Irwan Prayitno, aktivis HMI idealis, punya komitmen teguh terhadap kepentingan masyarakat banyak. Namun satu hal yang perlu dijaga pula, katanya, prinsip ini harus bisa kelak sampai ke tengah-tengah masyarakat.

Sebab saat ini banyak terjadi, tambah Irwan, dulunya semasa menjadi mahasiswa bukan main idealisnya, garang melakukan demo menuntut keadilan dll, namun dalam kenyataan di lapangan, setelah memegang kekuasaan bertolak belakang apa yang ia lakukan dengan yang dulu ia elu-elukan.
Karena itulah Irwan berharap kepada segenap aktivis HMI agar selalu menempa diri, melatih diri dan mengasah kepekaan selagi berada di bangku pendidikan sekarang ini. Dengan harapan agar tidak canggung nanti di tengah masyarakat.

Penulis merasakan bagaimana dulu saat dikader di HMI. Dalam sistem pengkaderan HMI, setiap anggota ditanamkan nilai-nilai keislaman, akhlak, idealisme dan kebangsaan. Kemudian juga diajarkan bagaimana menjadi seorang pemimpin yang tangguh dan siap menghadapi tantangan zaman. Sehingga tidak salah kalau HMI punya motto “ Yakin Usaha 
Sampai”.

Berbicara sosok Irwan Prayitno, penulis menilai dia termasuk sosok tokoh idealis yang punya prinsip dalam menegakkan sebuah kebenaran. Selain penyabar dan punya pemikiran yang sangat cemerlang, Irwan Prayitno tidak pernah menganggap lawan politiknya sebagai musuh tapi tetap sebagai mitra. Bagi Irwan Prayitno, beda pendapat itu hal biasa dalam mencapai sebuah tujuan. Yakni, mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur sesuai yang diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945.
Yang membuat penulis salut bangga, ketika Irwan Prayitno diberi amanah menjadi anggota DPR-RI tiga periode, dirinya selalu kritis dalam mengawal program pembangunan pemerintah. Baik di masa kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid (Gusdur), Megawati Soekarno Putri hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Dimasa pemerintahan Gusdur dan Megawati, Irwan Prayitno pernah ditawari jadi Menteri ESDM 
(Energi dan Sumber Daya Mineral). Tapi tawaran itu ditolaknya dan memilih lebih berkonsentrasi di DPRD sebagai Ketua Komisi VIII yang membidangi masalah ESDM.

Selanjutnya di masa awal pemerintahan SBY tahun 2005, Irwan Prayitno kembali dapat tawaran menjadi Menteri Riset dan Teknologi (Menristek). Lagi-lagi, tawaran itu ditolaknya dan ia mempersilahkan rekannya dari Partai Amanat Nasional (PAN), Hatta Radjasa untuk menjabat Menristek. Irwan Prayitno saat itu berpindah posisi menjadi Ketua Komisi X yang menggawangi pendidikan, budaya dan olahraga.

“Saya bukan tipikal orang yang rakus dengan jabatan. Buktinya, dua kali tawaran jadi menteri saya tolak. Saa itu saya menilai, lebih baik mengontrol pemerintah dari pada duduk di pemerintahan. Hati kecil saya berkata, akan lebih mudah mengakomodir aspirasi rakyat duduk sebagai anggota DPR ketimbang duduk di pemerintahan,” ucap Irwan Prayitno ketika berbincang-bincang dengan penulis di gedung Adzkia Sumbar, beberapa waktu lalu.

Lalu, saat penulis menanyakan kenapa dirinya menerima jabatan sebagai Gubernur Sumbar?
Dengan jujur Irwan Prayitno menjawab, awalnya tidak ada keinginannya untuk menjadi Gubernur Sumbar. Namun, karena ada desakan dari kawan-kawannya di Partai Keadilan Sejahtera (PKS) serta beberapa tokoh Minang di Jakarta, akhirnya ia coba mengalah dan ikut bertarung pada Pilgub Sumbar tahun 2005.

Irwan pun menceritakan, seiring dengan pencalonannya, ia meninggalkan jabatan kepartaian. Irwan maju didampingi Ikasuma Hamid dengan dukungan parlemen dari PKS dan Partai Bintang Reformasi. Ikasuma Hamid adalah mantan Bupati Tanah Datar dua periode. Irwan yang ketika itu berumur 41 tahun bersaing dengan Jeffrie Geovanie yang lebih muda empat tahun dan Gamawan Fauzi yang berumur 46 tahun. 

Dalam pemilihan yang diikuti lima kandidat calon, Irwan bersama pasangannya tercatat memperoleh 25,11% suara. Hasil rekapitulasi suara menunjukkan kemenangan Gamawan Fauzi, Irwan Prayitno di urutan kedua, dan Jeffrie Geovanie di urutan ketiga. 

Meski memperoleh suara di bawah gubernur terpilih Gamawan Fauzi, Irwan semula tidak berencana maju kembali dalam pemilihan umum Gubernur Sumatera Barat 2010. Ia mendadak dimintai DPP PKS untuk maju, dua hari sebelum hari terakhir pendaftaran. Irwan mengaku sempat marah karena sebelumnya PKS telah menyiapkan kadernya yang Wakil Ketua DPRD Sumatera Barat Trinda Farhan Satria. Setelah beberapa kali penolakan, DPW PKS Sumatera Barat datang meminta langsung pada Irwan ke Jakarta. 

"Tetap saya tolak, karena partai waktu itu hanya memerintahkan saya menjadi dubes. Saya pindah ke Komisi I waktu itu untuk persiapan dubes," aku Irwan sebagaimana dirilis berita KlikSumbar. 

Sebelumnya, PKS berencana mengusung Trinda Farhan Satria dan telah gencar menyosialisasikan sebagai calon wakil gubernur, tetapi urung karena tak kunjung mendapatkan mitra koalisi. Irwan akhirnya menyatakan maju dalam pemilihan sebagai calon Gubernur Sumatera Barat setelah DPP PKS meminta kesediaannya dicalonkan kembali. Dengan dukungan PKS, PBR, dan Hanura, Irwan maju bersama pasangannya Muslim Kasim yang mantan Bupati Padang Pariaman dua periode. 

Irwan yang tiba di Padang pada sore hari terakhir pendaftaran, 8 April 2010, bersama Muslim mendaftar ke kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumatera Barat, 50 menit jelang berakhirnya masa pendaftaran. Dalam pemilihan umum 2010, Irwan bersaing bersama Prof. Dr. Ediwarman, MHum dan Prof. Dr. H. Marlis Rahman, MSc yang berlatar akademisi, Dr. Fauzi Bahar, MSi yang ketika itu Wali Kota Padang, dan seorang ekonom Endang Irzal, MBA.

Irwan resmi ditetapkan sebagai gubernur terpilih setelah meraup 32,44% suara. Ia tercatat sebagai Gubernur Sumatera Barat pertama yang berasal dari partai politik. Bersama wakilnya Muslim Kasim, Irwan dilantik sebagai Gubernur Sumatera Barat pada Minggu, 15 Agustus 2010 oleh Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi atas nama Presiden RI. Pelantikan berlangsung di bekas ruangan garasi mobil DPRD Sumatera Barat karena gedung utama rusak berat akibat gempa.

Nah, pada Pilgub 2015 ini, Irwan Prayitno kembali diminta partainya untuk maju dan berpasangan dengan Nasrul Abit (mantan Bupati Pesisir Selatan dua periode) yang diusung Partai Gerindra. Berkat koaliasi PKS dan Gerindra inilah, akhirnya Irwan Prayitno dan Nasrul Abit (IP-NA) resmi berpasangan dan mendapatkan Nomor Urut 2 saat pengundian yang dilakukan KPU Sumbar, beberapa waktu lalu. Pada Pilgub nanti, IP-NA akan berhadapan secara head to head (satu lawan satu) dengan pesaingnya Muslim Kasim-Fauzi Bahar (MK-FB) yang diusung koalisi Partai PAN, Nasdem, Hanura dan PDIP.

Sebagai alumni HMI, penulis menilai kans untuk menang pasangan IP-NA jauh lebih besar ketimbang pasangan MK-FB. Acuannya adalah hasil Pipres 2014 di Sumbar, dimana pasangan Capres-Cawapres Prabowo-Hatta Radjasa berhasil memperoleh 78 persen suara, meskipun secara nasional Prabowo-Hatta kalah oleh pasangan Capres-Cawapres Jokowi-Jusuf Kalla. Andil Irwan Prayitno dalam pemenangan Prabowo-Hatta di Sumbar cukup besar karena dia dipercaya sebagai Ketua Tim Pemenangan di Sumbar saat itu.

Semoga prediksi penulis ini tidak meleset. Sehingga bisa terwujud Sumbar yang sejahtera dan HMI tetap jaya! Amiiin ya rabbal’alamin. (Penulis Alumni HMI Cabang Padang dan Kader Terbaik I LK II Bandung Tahun 1998)

google+

linkedin