JUJUR, sebelumnya saya termasuk wartawan yang tak suka berpantun. Tapi kemudian, secara secara perlahan menjadi suka berpantun dan berbalas pantun. Kenapa tiba-tiba saya suka berpantun? Jawabanya karena Gubernur Sumbar, Prof DR H Irwan Prayitno Psi Msc, di komunitas WhatsApp Keluarga IP-NA yang merupakan komunitas tim sukses dan tim relawan, serta simpatisan dalam pilkada, 9 Desember 2016 lalu, boleh dikatakan setiap hari berbalas pantun.

Sebelumnya, bukan hanya saya yang tak suka dan pandai membuat pantun, tetapi juga pakar hukum, Miko Kamal mantan ketua LBH Padang. Begitu juga dengan pengusaha sukses Sengaja Budi Syukur, yang juga Ketua Organda Sumatera Barat. Dari birokrasi, muncul nama Jasman Rizal jebolan STPDN yang kini jadi Camat di Bukit Lundi Kabupaten Solok. 

Secara fakta, semula saya memang terpaksa menjadi penonton dan hanya bisa membaca pantun Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno yang berbalas pantun dengan Jasman Rizal, Miko Kamal dan Sengaja Budi Syukur, serta Mufti Yendra anak muda yang mencurahkan perhatian dan keduliannya terhadap kaum yang dhuafa dengan Dompek Dhuafa Singgalang, bersama pengusaha media, Basril Djabar. 

Hari demi hari, minggu berganti bulan, tak hanya saya saja yang hobi berpantun dan membuat panun, tetapi juga sespri Gubernur Sumbar, Rinaldi yang sengaja memancing anggota komunitas WhatsApp Keluarga IP-NA, agar berpantun. Ternyata pancingan Rinaldi, memunculkan  Nofriyanto Lublin yang akrab disapa Noa Rang Kuranji, Novermal Yuskan ikut berbalas pantun, yang adakalanya pantunnya bernuasa politik, pituah diri yang dibarengi dengan pantun guyon.

Berdasarkan leteratur, pantun bisa dikatakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa nusantara. Bahkan, pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berarti "petuntun". 

Kenapa banyak yang tak suka berpantun? Karena berpantun itu boleh dikatakan agak sulit, karena pantun yang dibuat  haruslah terdiri atas empat larik  atau empat baris bila dituliskan. Kemudian, setiap barisnya  terdiri dari 8-12 suku kata, setelah itu setiap kata harus pula sama kata akhir atau nada akhir. 

Yang menyulitkan lagi, semua bentuk pantun harus terdiri atas dua bagian, yakni sampiran dan isi. Maksud sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam, seperti mencirikan budaya, agama dan masyarakat pendukungnya, dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima atau sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun yang dimaksud.

Bagi wartawan atau ahli bahasa, pantun bisa dijadikan alat pemelihara bahasa, karena pantun bisa difungsikan menjaga arti kata, sekaligus mengukur kemampuan menjaga alur cara berpikir. 

Yang jelas, pantun bermanfaat sekali melatih seseorang berpikir tentang makna kata sebelum berkomentar. Selanjutnya,  pantun juga melatih orang berpikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain. Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun biasanya dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berpikir dan bermain-main dengan kata-ka

Secara umum, pantun punya  peran sosial sebagai alat penguat penyampaian pesan atau tausiyah dari sisi religi. Kemudian, adat berpantun, pantang melantun, merupakan filosofi yang melekat pada pantun. Adagium tersebut mengisyaratkan bahwa pantun lekat dengan nilai-nilai sosial dan bukan semata imajinasi atau fiksi.

Kata kuncinya, pantun berfungsi  sebagai penjaga dan media kebudayaan untuk memperkenalkan dan menjaga nilai-nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat Minangkabau dan Melayu. (Penulis wartawan tabloid bijak dan padangpos.com) 


Contoh pantun Yal Aziz

Dek guntur hujan turun 
anak gembala bersukaria
Pak gubernur hebat berpantun
Tak ada duanya di nusantara

Balasan pantun Gubernur Sumbar

Janganlah memuji kawan 
Biasanya ada tujuan
Dayal Memuji Irwan
Dek ingin lebih berteman

Balasan pantun Yal Aziz

Merpati terbang tinggi
Lemang tapai enak rasanya
Puji bukan sembarang puji
Sesuai dengan faktanya

Naik gunung di semak belukar
Diguyur hujan dihari senja
Sungguh beruntung rakyat sumbar
Punya gubernur multi talenta

google+

linkedin