BIJAK ONLINE (Padang Pariaman)-- Yusarni (55 tahun) warga Pasar Pauh Kambar, Kecamatan Nan Sabaris Kabupaten Padang Pariaman, pemilik warung Nasi Padang Ketintang Surabaya depan Kantor Telkom Divre 5 Jawa Timur. 

Ibuk dua anak ini berkisah kepada  Mahasiswa Pasca Sarjana,  Universitas Surabaya, asal  Padang Pariaman, Zulkifli, Minggu, 17 April 2016 di sela-sela santap siang.

Menurut penuturan ibuk pekerja keras tersebut, meskipun hidup diperantauan tidak semuanya orang beruntung, namun bagi siapa yang memiliki semangat dan keyakinan yang sungguh-sungguh untuk mencapai keberhasilan pasti akan mendapatkannya. 

Dengan modal keyakinan dan kerja keras  Yusarni, bisa mendayung kehidupan rumah tangga dan mampu menyekolahkan kedua anaknya. Meski warungnya sederhana, namun masakkannya enak di lidah, buktinya  cukup banyak dikunjungi  pembeli. “Alhamdulillah,  karena rezekinya anak-anak, “ujarnya Zulkifli.  

Wanita yang mengaku sudah menjadi jand a sejak tahun 2000, karena l bercerai dengan suaminya, dikarunia dua orang buah hati, yang sulung laki-laki dan yang bungsu perempuan. Walaupun hidup menjadi single parent/orang tua tunggal, ibu paruh baya itu tetap sabar dan semangat membiayai sekolah putra-putrinya.  

Buktinya dengan berjualan nasi ampera, masakan Padang  yang satu-satunya usaha menjadi penopang kehidupannya. “Ya saya hanya punya usaha dagang ini,  mau tidak mau harus saya jalankan untuk masa depan anak saya, “terangnya dengan penuh semangat. 

Diceritakan, sebelum hijrah dan berjualan nasi di Kota Pahlawan tersebut, wanita yang akrab dipanggil buk Ani Padang oleh tetangganya itu pernah mengadu nasib di Kota Medan dan Jakarta. Bekerja dengan orang lain berjualan nasi Padang, mulai dari tukang cuci piring hingga menjadi juru masak. 

Semua proses tersebut dilalui dengan penuh kesabaran sembari menimba ilmu dan pengalaman. Setelah mendapatkan pengalaman serta menguasai manajemen penjualan,  maka bersama suami ia memberanikan diri untuk membuka warung nasi sendiri. 

“Walaupun pada awalnya modal hanya pas-pasan dan buka warung nasi kecil-kecilan, dengan penuh keyakinan dan tekad, “Alhamdulillah jualan nasi ampera ini sudah dikenal pelanggan. “ungkapnya sambil tersenyum. 

Menurut Ani, pendidikan itu sangat penting dan menjadi syarat penentu keberhasilan seseorang di kemudian kelak, jadi tidak ada alasan bagi orang tua tidak menyekolahkan anaknya sesuai dengan kemampuannya. 

“Saya hanya berpendidikan rendah (SD), tapi saya punya tekad anak-anak saya harus lebih pintar dan berhasil daripada saya, jelas perempuan yang mengaku berasal dari Pauh Kambar Kabupaten Padang Pariaman Sumatera Barat itu. 


Dalam berusaha, banyak suka duka yang dialaminya, adapun sukanya hingga saat ini ia dan anak-anak masih dicintai dan dihormati tetangganya terutama dilingkungan RT tempat ia tinggal. Baik pemuda/i maupun orang tua, dan pemuka masyarakat  sudah menganggapnya seperti keluarga sendiri begitu juga dia sebaliknya. 

“Kuncinya, kita harus berpandai-pandai dengan orang lain apalagi tetangga kita, mereka lah keluarga kita yang terdekat, jika terjadi apa-apa dengan kita. Sesuai juga dengan pepatah minang dimana bumi dipijak disana langit dijunjung, dimana ranting dipatah disana air ditimba” insyaallah jika kita dapat menerapkan prinsip ini dimanapun kita berada kita akan aman, “tukasnya.

Adapun dukanya, dalam berjualan terkadang ia lelah karena semua serba dilakukan sendiri, mulai dari membeli bahan ke pasar, memasak hingga mengambilkan nasi untuk pelanggan. Memang ada anak yang bisa membantunya, namun itu hanya selepas mereka pulang sekolah. 

Kalau dicari pekerja, rasanya tidak cukup untuk menggajinya, makanya warung nasinya hanya bisa dibuka jam 1 siang. Walaupun begitu keadaannya, aktivitas tersebut tetap dijalaninya dengan optimis dan sabar, karena dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. “ulasnya.

Disamping itu, kesulitan yang lain yang dirasankannya ketika dagangannya sepi pembeli, maka jelas pemasukkannya berkurang sehingga untuk belanja dipasar esoknya tidak cukup. Terpaksalah ia mencari pinjaman kesana kemari maupun  ke tetangga. 

Ia hanya bisa berharap kepada Pemerintah  khususnya dinas yang mengurusi UKM, semoga semoga usaha tunggalnya ini dapat pula diperhatikan, agar bisa ditingkatkan dan dikembangkan “pintanya. 
Ditanya harapan kedepannya buk Yusarni mengatakan jika anak-anaknya sudah menikah keduanya, dan dirinya masih diizinkan pemilik kedai untuk tetap disewakan kepadanya maka ia akan tetap berjualan nasi Padang. Namun jika tidak, ia memilih untuk pulang kekampung halaman, karena tanggung jawabnya selaku orang tua dirasanya sudah dipenuhi, “ yo kembali Pariaman sajolah, kan alah lamo pulo indak manjajak kampuang serato ambo bisa lebih fokus pulo beribadah kepada Allah SWT, “tutupnya. (zul/amir)

google+

linkedin