RASANYA masyarakat di Sumatera Barat, termasuk Urang Rantau Minang di berbagai daerah di nusatara ini  masih teringat dengan bencana yang melanda sepuluh daerah tingkat dua, awal April 2016 lalu. Soalnya, tak hanya bencana banjir, tetapi juga terjadi longsor yang merenggut korban jiwa. 

Dari peristiwa musibah tersebut, Kabupaten Limapuluh Kota dan Kabupaten Solok Selatan, menjadi daerah yang paling parah. Kenapa daerah ini parah? Karena berdasarkan data dan kajian LSM dan pakar lingkungan hidup, hutan lindungnya di dua daerah ini telah dijarah oleh pengusaha yang berkolusi dengan pejabat dan aparat.

Berdasarkan data BPBD Sumbar, kesepuluh daerah yang dilanda banjir tersebut, Kabupaten Limapuluh Kota, Solok Selatan, Sijunjung, Kabupaten Solok, Tanah Datar, Pasaman, dan Dharmasaraya. Sedangkan yang dilanda banjir dan longsor,  Kota Sawahlunto, Payakumbuh, dan Kabupaten Solok.

Dari sepuluh kabupaten, di Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Limapuluh Kota, sehingga terjadi musibah,  enam orang tertimbun longsor di Jorong Taratak Tinggi, Kecamatan Pauh Duo, Kabupaten Solok Selatan, lima di antaranya ditemukan tewas.

Kemudian di Solok Selatan, banjir juga merendam tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Pauh Duo, Sungai Pagu, dan Sangir. Kalau dari laporan BPBD, banjir merendam ribuan rumah di tiga kecamatan itu.

Musibah banjir tersebut,  juga mengakibatkan  jalan negara di kawasan Liki yang menghubungkan Solok Selatan dengan Kerinci, Jambi, terputus. Sebab, jalan sepanjang 35,5 meter mengalami terban atau gempa runtuhan akibat longsor.

Kemudian di Kabupaten Limapuluh Kota, meluapnya debit air di Sungai Maek dan Sungai Batang Sinamat akibat hujan lebat menyebabkan banjir, hingga seribuan rumah terendam, jalan jalan utama Sumatera Barat-Riau juga terputus karena banjir di Kilometer 172 di Jorong Sopan dan di Kilometer 176-179.

Begitu juga di Kabupaten Dharmasraya yang dilanda  banjir dan longsor. Bahkan, merendam ratusan rumah di tiga titik karena meluapnya Sungai Batanghari akibat hujan lebat. Musibah yang juga terjadi Kota Sawahlunto, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Pasaman, Kota Solok, dan Kabupaten Solok. Adapun Kabupaten Tanah Datar dihantam longsor. 

Khusus di Kota Padang, juga terjadi banjir dan menelan korban satu orang tewas, karena putusnya jembatan di Kecamatan Koto Tangah. Bahkan Walikota Padang, Mahyeldi berada dilokasi gempa selama 14 jam, dimulai dari pukul 04.00 WIB dinihari.

KINI musibah banjir dan longsor itu, seakan terlupakan. Begitu juga musibah banjir dan longsor sebelumnya, yang hanya sibuk diberitakan, serta timbul kepedulian pemerintah  dan lembaga sosial lainya disaat banjir dan kemudian terlupakan lagi.  

Kenapa dikatakan terlupakan? Karena pemerintah, khususnya aparat penegak hukum, terkesan membiarkan saja terjadi pengundulan hutan lindung. Padahal, pejabat dan aparat tersebut tahu, serta mengerti alias paham tentang dampak hutan gundul.

Akibat pemerintah dan aparat "membiarkan" penjarahan hutan, sehingga membuat  kesadaran masyarakat untuk menjaga  dan melestarian hutan. 
Sedangkan dampak nyata dari akibat hutan gundul adalah flora dan fauna yang ada di dalamnya bisa mati. Hutan merupakan habitat mereka, saat habitanya rusak flora dan fauna tersebut menjadi korban dari habitat yang rusak tersebut

Selain itu, dmapak hutan gundul, rendahnya kualitas oksigen. Kenapa? Karena kita tahu jika selama ini tumbuhan berperan penting dalam pembentukan oksigen yang dibutuhkan manusia. Semakin sedikit tumbuhan yang ada di hutan, semakin sedikit pula oksigen yang dihasilkan. Akibatnya adalah kualitas oksigen akan menurun dan bumi semakin panas.

Dampak  lainnya,  akibat hutan gundul maka datangnya banjir. Kenapa? Karena, akar pohon  sangat besar perannya. Maksudnya, akar pohon atau akar tumbuhan bisa menyerap air hujan yang meluap sehingga saat datang banjir pun air banjir itu bisa terserap oleh akar dengan volume yang banyak.  Jika hutan telah gundul akibatnya adalah ketika banjir datang, air banjir itu bisa meluber kemana-mana sebab tidak terserap oleh akar pohon.

Begitu juga dengan musibah longsor. Soalnya, hutan yang semakin gundul bisa menyebabkan tanah longsor. Hal itu dikarenakan akar tumbuhan berfungsi sebagai pemadat struktur tanah. Saat hujan datang, air tersebut tidak langsung mengenai tanah sehingga tidak menyebabkan tanah longsor. Akar pohon tersebut justru akan menyerap hujan yang datang. Untuk hutan yang gundul, air hujan bisa langsung jatuh ke atas tanah tanpa terhalang oleh pohon terlebih dahulu. Air tersebut juga tidak terserap oleh akar pohon. Tanah yang terkena hujan terus menerus kontur dan struktur tanahnya bisa rusak kemudian menyebabkan tanah longsor.

Dari fakta musibah banjir dan longsor yang terjadi awal April 2016 lalu itu, kita tak melihat dan mendengar kebijakan Kadis Kehutanan Sumatera Barat, untuk melakukan reboisasi dan menyelamatkan hutan dari jarahan pencuri kayu di hutan lindung. Seakan Kadis Kehutanan Sumbar, melupakan musibah banjir dan longsor tersebut. Dampaknya, ya terpaksalah masyarakat yang daerahnya rawan banjir untuk pasrah, tapi tak rela. (Penulis wartawan tabloid bijak dan padangpos.com)


google+

linkedin