BIJAK ONLINE (OPINI)-Salah satu Gubernur Sumbar yang saya kenal yang paling merakyat dan banyak meninggalkan 'karya-karya' monumental selama 5 tahun jadi gubernur adalah Zainal Bakar. Kepadanya saya berapak. Pak Zainal! Masanya menjadi Gubernur Sumbar, saya sedang aktif-aktifnya dalam semangat jurnalis yang menyala-nyala sekali. 

Bersama abang senior saya, bang Alwi Karmena, sering kami bercakap-cakap dengan Pak Zainal Bakar. Pak Zainal memang dikenal dekat dengan kalangan wartawan. Dekat dengan Uda Mufti, dekat dengan Uda Masful dan dekat dengan beberapa senior wartawan lainnya. 

Suatu kali, kami ( Bang Alwi dan saya) pernah menulis tentang Pak Zainal dan wartawan. Topiknya, " Wartawan emas, wartawan perak, wartawan perunggu...di kepemimpinan Pak Zainal". Bang Alwi jago sekali dalam 'gisir-menggisir'. Di Mingguan Canang tempat kami bekerja, ada kolom yang terus dipegang Bang Alwi, namanya " Taropong" atau " Mari Bakaco Bacamin Diri". Tulisan di kolom ini adalah salah satu tulisan yang banyak dinanti pembaca. Itu karena, begitu sangat khasnya seorang Alwi Karmena menuliskan pikirannya, kritiknya dalam gaya menggelitik.

Oh ya, berita yang turun di Canang itu, soal wartawan emas, wartawan perak, wartawan perunggu tersebut adalah tulisan yang mengulas dan menyorot bahwa Pak Zainal agak membeda-bedakan perlakuan pada wartawan tertentu. Ada wartawan emas, ada wartawan perak; ya begitulah. 

Sewaktu kami berdua-dua (saya dan Bang Alwi) bertemu di acara yang tak terduga, langsung saja Pak Zainal ngomong menyindir kami: " Eh, dek ambo, samo se sadoalahenyo, indak adoh nan ameh, indak adoh nan perak, indak adoh nan perunggu.....". Mendengar Pak Zainal ngomong begitu, saya langsung melirik ke Bang Alwi. Lirikan saya diikuti pula oleh beberapa wartawan lain yang kebetulan juga sedang ada di sana. 

Pak Zainal Bakar memang dikenal sebagai pemimpin yang tak suka-suka benar berbiro-birokratan badan. Wajar saja jika Pak Zainal sangat dekat dengan para pemuka, tokoh, ulama, ninik mamak di Sumatera Barat. Beliau juga dekat dengan para tokoh Minang di rantau. Beliau, yang oleh sebagian orang dipanggil dengan Ajo Manih ini, memang gubernur yang asik. Gubernur yang benar-benar bercita-cita membawa Sumatera Barat ke gerbang kesejahteraan.

Sekiranya Pak Zainal Bakar tak tersandung "peristiwa politik" mungkin pada masa itu pasangan Gamawan Fauzi-Marlis Rahman tak akan mudah memenangkan pertarungan Pilkada langsung. Sejarah bisa jadi akan berbeda. 

Baiklah kita urai saja satu persatu lekat tangan dan pikiran seorang Zainal Bakar selama menjadi Gubernur Sumbar. walau hanya lima tahun menjadi Gubernur, namun rupa dan muka Sumatera Barat sangat berubah di tangan beliau, dan hingga sekarang kita nikmati. 

Pada masa-masa pak Zainal menjadi gubernur, beruntung sekali bila beliau dibantu oleh staf-staf dan kepala dinas yang benar-benar cakap, lekas, cepat, dan hebat. Salah seorang kepala Dinas semasa Pak Zainal yang dekat dan akrab dengan kita adalah Pak Hediyanto (Kepala Dinas PU dulu), yang kini jadi Dirjen Binamarga (nanti saya akan berkisah tentang kiprah Pak Hediyanto dalam mengeksekusi pembangunan bidang ke-PU-an di  Sumatera Barat).  

Apa pikiran Pak Zainal Bakar?

Salah satu pikiran Pak Zainal Bakar yang masih saya ingat adalah menjadikan Sumatera Barat Menuju Gerbang Barat Indonesia ( West Sumatera Towards Indonesia West Gate). 

Pak Zainal Bakar sangat visioner. Ia mampu memandang bahwa menghadapi persaingan global yang makin tajam, tak ada pilihan lain Sumatera Barat harus siap diri menuju atau menjadikan diri gerbang barat Indonesia. 

Pada sebuah buku yang diterbitkan Biro Humas Provinsi Sumbar (tahun 2004), Pak Zainal Bakar menulis: "Untuk mempersiapkan diri menuju gerbang barat Indonesia, pemerintah provinsi serta rakyat Sumatera Barat dengan dukungan Pemerintah Pusat, telah meletakkan posisi Sumatera Barat sebagai wilayah strategis di Indonesia bagian Barat. Antara lain dengan pembangunan lapangan terbang bertaraf International 'Minangkabau International Airport' pembangunan jalan Layang Kelok Sambilan yang akan mempermudah hubungan darat antara provinsi Riau dengan Sumatera Barat, serta peningkatan fasilitas pelabuhan Teluk Bayur sebagai pelabuhan ekspor  terbesar di pantai barat Sumatera. Semua fasilitas ini akan menempatkan Sumatera Barat sebagai Gerbang Indonesia Bagian Barat yang kini sedang mengalami proses pertumbuhan ekonomi yang cukup meyakinkan. Mudah-mudahan perkembangan ini akan memberikan arti penting bagi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Sumatera Barat".

Luar biasa konsep "Gerbang Barat" itu. Yang pada akhirnya, benar-benar terwujud. Dengan ligat dan bergegas, Zainal Bakar mewujudkannya. 

Maka berdiri megahlah Bandara International Minangkabau, maka terbangunlah Jalan Jembatan Layang Kelok Sambilan. Maka, terbangunlah perluasan fasilitas Pelabuhan Teluk Bayur. Maka terbangunlah jalan dua jalur Tabing Duku. Pada saat itu, sudah dikonsep pelebaran jalan Simpang Alai hingga Kampuang Kalawi ( yang kelak tokoh yang tak bisa dilepaskan dari pembangunan jalan Simpang Alai hingga Kampuang kalawi itu adalah tokoh masyarakat Halius Hosen dan Pak Hediyanto--episode pembangunan dan pelebaran jalan Alai Kampung Kalawi ini nanti saya paparkan, karena saya juga ikut menjadi salah seorang panitia pelebaran jalan itu).

Konsep pembangunan seorang Zainal Bakar adalah konsep yang benar-benar diciptakan bagi kesejahteraan seluruh masyarakat Sumatera Barat. 

Kita tahu, seorang zainal Bakar adalah seorang pemimpin untuk semua. beliau adalah tipe pemimpin yang tak akan pernah terdikte oleh kepentingan partai, karena memang Zainal Bakar bukanlah 'orang partai" ia adalah birokrat yang hendak bercita-cita dan mewujudkan pembangunan yang adil dan merata, bukan hanya untuk satu atau dua kelompok saja. 

Oleh Pak Zainal Bakar, sejauh saya memandang, beliau tak 'fanatik-fanatik' benar dengan alumni A, alumni B, atau alumni C. Tak begitu adanya. Beliau tampaknya adalah pemimpin yang bijak dan adil. Untuk menjadikan si A si B si C menjadi A , atau menjadi B, atau menjadi C, tak perlu mengikur-ikur benar kepadanya. Lihatkan saja prestasi anda, biarkan Pak Zainal memantaunya. 

Sekalipun Pak Zainal tak hobi bernyanyi atau berseni-seni, tapi keberpihakan seorang Zainal Bakar terhadap pembangunan seni dan budaya amatlah jelas. Ia bangun  kepariwisataan , ia bangun kesenian dan kebudayaan. Sanggar-sanggar seni hidup dalam kegairah berseni-seni. Beliau sangat acap mengundang para budayawan, para seniman, untuk hanya sekadar bercakap-cakap. Budayawan yang paling dekat dengan Pak Zainal Bakar adalah Bagindo Fahmi (alm). Rata-rata, seniman memiliki kedekatan emosional dengan Zainal Bakar. Merata kedekatan beliau itu. 
***
Pak Zainal Bakar, kini telah tiada memang. Namun lekat tangan dan karyanya selama memimpin Sumatera Barat terasa hingga kini. Jika kita lalui jalan-jalan yang bagus, maka itu akan mengingatkan kita pada seorang Zainal Bakar. Bila kita nikmati fasilitas Bandara International Minangkabau, bahwa itu adalah juga salah satu lekat tangan karya dan pikiran beliau. Bila kita sedang menikmati indahnya Jalan Layang Kelok Sambilan, maka kita akan terkenang pada seorang Zainal Bakar seorang gubernur yang agak anti pencitraan tapi lebih menunjukkan sesuatu secara nyata dan fakta tanpa pemanis-manis segala....

Pak Zainal Bakar, ini malam aku mengenangmu. menulis tentang sebagian kecil karyamu. Aku berdoa pada Allah, ya Allah, tempatkan Pak Zainal Bakar di sisi-Mu dalam kasih sayang-Mu itu. 

Pak Zainal Bakar, semoga apa yang Bapak lakukan selama hidup menjadi amal kebaikan bagi Bapak...!

Padang, Jumat dinihari 27 Juni 2015
(Penulis budayawan muda Ranah Minang)

google+

linkedin