BIJAK ONLINE (Padang)-Sebagai Ketua Tim Investigasi LSM Mamak Ranah Minang, Jamalus Datuk Rajo Balai Gadang menilai kegiatan peringatan gempa 6 tahun Sumbar, yang dilaksanakan di Aula Universitas Putra Indonesia Lubuk Begalung Padang, Rabu 30 September 2015, terkesan dipolitisir, karena beraroma politik praktis pilgub Sumbar.
"Saya termasuk yang diundang dan saya lihat tak satu pun pejabat daerah yang hadir. Padahal, yang merasakan dampak gempa itu tidak hanya Kota Padang, tapi juga beberapa daerah lainnya. Seperti Kabupaten Pesisir Selatan, Padang Pariaman, Kota Pariaman, Agam dan Pasaman Barat," kata Jamalus Datuk kepada Tabloid Bijak, di Posko Bara Online, Rabu, 30 September 2015.
Menurut Jamalus, kehadiran mantan Walikota Padang Fauzi Bahar, pasti menimbulkan berbagai pertanyaan bagi yang hadir lainnya. Alasannya, karena acara tidak dihadiri oleh Walikota Padang yang lagi berkuasa. "Kemudian, kenapa kepala daerah lain juga tidak tampak hadir," kata anggota jemaah tabliq ini.
Kemudian, kata Jamalus yang diundang atas nama Ketua RW 01 Kelurahan Belakang Pondok Kecamatan Padang Selatan ini, wajar saja muncul kecurigaan, karena saat ini situasi politik di Kota Padang sedang memanas menjelang Pikada Sumbar, 9 Desember 2015 mendatang. "Apalagi, Fauzi Bahar termasuk salah satu pasangan calon yang akan bertarung pada Pilkada tersebut. Maksudnya, kalau betul-betul tidak ada muatan politis, pasti semua kepala daerah terkait akan diundang. Paling tidak ada yang mewakilinya," tuturnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Juhardio Anse ketika dikonfirmasi menyebutkan kesehatannya sedikit terganggu. "Mohon maaf, kondisi ambo lagi sakit, deman dan flu," katanya melalui handphone.
Sedangkan Sekretaris Panitia, Zulkifli menjelaskan, pihaknya mengundang Fauzi Bahar dalam kapasitas sebagai mantan Walikota Padang periode 2009-2014 dan tidak ada dukung-mendukung pasangan calon Pilgub Sumbar.
"Jadi, janganlah dipolitisir soal kehadiran bapak Fauzi Bahar dalam kegiatan ini. Sebab, beliau kami undang sebagai mantan walikota dan saksi hidup dalam peristiwa gempa 2009 tersebut. Soal ketidakhadiran pejabat daerah dalam kegiatan itu tidak kapasitas saya untuk menjawabnya," elak Zulkifli.
Sesuai agenda acara yang tertulis dalam surat undangan kepada peserta, menghadirkan tiga pemateri. Pertama, penjelasan tentang kegempaan terkini disampaikan Prof. Dr. Badrul Mustafa Kemal (pakar gempa). Kedua, renungan dan pengalaman gempa bumi di Kota Padang oleh Dr. H. Fauzi Bahar Msi (mantan Walikota Padang). Terakhir, tausyiah tentang keimanan menghadapi musibah/bencana diberikan oleh Dr. H.C Ari Ginanjar Agustian (pendiri ESQ Learning Centre).
Untuk diketahui, tragedi yang menakutkan itu terjadi pada tanggal 30 September 2009 itu, selalu dikenang dan diperingati tiap tahun oleh masyarakat Sumbar, termasuk Kota Padang. Duka Ranah Minang tersebut merenggut nyawa sekitar sekitar 1.117 orang meninggal dunia, 1.214 orang, luka berat 1.688 orang luka ringan, 1 orang warga yang hilang. Kemudian jumlah rumah yang diluluhlantakan oleh gempa itu berjumlah 135.448 unit rusak berat, 63.380 rusak sedang dan 78.604 rusak ringan.
Kegiatan yang diselenggarakan Forum Peduli Bencana Sumbar (FPBS) itu hanya diikuti sekitar 200-an orang. Padahal, kapasitas gedung mampu menampung 1000 orang. Begitu juga pihak keluarga korban yang diundang, juga beberapa orang saja yang hadir.
"Hingga siang baru dua keluarga korban saja yang datang mengunjungi museum gempa," kata pemandu Museum Gempa, Muslim..
Menurut Muslim, selama ini malah pengunjung yang datang lebih banyak datang dari luar daerah dan luar negeri dibandingkan dengan pengunjung lokal. Sementara pengunjung dari Padang lebih banyak rombongan mahasiswa dan siswa. "Dalam bulan September 2015 kurang lebih ada sekitar dua ratus pengunjung yang datang ke museum tersebut, ujarnya.
Rombongan yang selalu rutin datang tiap tahun ke museum gempa, katanya adalah rombongan siswa yang berasal dari Singapura.
"Biasanya pengunjung dari Singapura tersebut merupakan rombongan siswa, bahkan sampai membawa 150 orang dalam rombongan," katanya.
Museum gempa tersebut merupakan museum yang berisi foto-foto warga Kota Padang yang meninggal dalam tragedi gempa pada bulan September 2009. Jumlah Warga Kota Padang yang meninggal dalam tragedi tersebut berjumlah 383 orang, akan tetapi jumlah foto yang tersedia di museum tersebut berjumlah 89 orang.
"Ada keluarga korban yang tidak mau memberikan foto keluarganya yang meninggal," paparnya.
Muslim menjelaskan, salah satu yang datang adalah keluarga korban yang bernama Firdaus Hidayat dan menurut pengakuannya keluarga tersebut baru pertama kali datang setelah museum tersebut berdiri pada tahun 2011. (prb/noa/mt)