Keterangan foto: Danau Singkarak menjadi salah satu tempat tujuan balimau oleh umat Islam di Sumbar, sehingga menyambut tradisi balaimau tersebut, terpaksa diturunkan anggota keploisian, untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan

BIJAK ONLINE (SOLOK)-Bagi masyarakat Minang, tradisi balimau atau yang lebih sering disebut mandi dengan maksud mensucikan diri, sudah menjadi tradisi sejak dulu kala. Menjelang bulan ramadahan masuk, masyarakat Minang akan pergi ketempat-tempat pemandian, dengan maksud mensucikan diri.

Di Danau Singkarak misalnya, ribuan umat Islam dari Kabupaten Solok, Tanah Datar, Sawah Lunto, Padang Panjang dan daerah tingkat dua lain di Sumbar, melakukan tradisi mandi balimau, dengan cara menyeburkan diri ke danau, laki-laki dan perempuan serta tua muda dan juga anak-anak.

Namun apakah tradisi balimau juga dianjurkan agama Islam?. Peran ulama dan tokoh masyarakat untuk memberi penjelasan tentang maksud dari Balimau perlu di perjelas. Mandi Balimau menurut masyarakat Minang mempunyai makna yang mendalam, yakni bersuci sehari menjelang ramadhan, baisanya dilakukan secara bersama-sama baik tua ataupun mudan, pria maupun wanita. 

Tradisi ini berlangsung secara turun temurun yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Mandi Balimau ini merupakan filosofi pensucian diri ketika memasuki bulan suci ramadhan, dalam artian membersihkan jiwa raga kita ketika akan berpuasa. Namun pendekatan budaya masyarakat, sehingga pensucian jiwa dan raga tersebut dituangkan dalam bentuk perilaku yang menurut masyarakat bisa membawa diri kita ke arah pensucian jiwa dan raga yang di sebut dengan Balimau. "Balimau" itu sendiri berasal dari kata limau (jeruk) nipis yang sangat baik untuk membersihkan noda-noda kotor. Dengan begitu tradisi Balimau ini ada sampai saat ini dengan maksud membersihkan kotoran yang ada pada tubuh kita.

Menurut Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Solok, H. Kardinal, Agama Islam sama sekali tidak pernah mengajarkan Balimau ketika akan memasuki bulan suci Ramadan. “Agama Islam tidak pernah mengajarkan balimau, yang ada hanya agama Islam menganjurkan agar umat Islam mempersiapkan diri menyambut bulan ramadhan dengan hati senang atau gembira dengan membersihkan hati dari segala sak wasangka dan menjalankan puasa dengan baik.

Sementara ulama kondang Kabupaten Solok, H. Sakar Soeb menilai, tradisi baimau ke danau Singkarak dengan mandi bersama antara laki-laki dewasa dan perempuan serta anak-anak secara bersamaan, bukanlah ajaran Islam dan itu sama saja haram, karena lebih baik mandi mensucikan diri di rumah dari pada pergi ke Singkarak, sehingga menimbulkan maksiat mata. “Mandi bercampur antara laki-laki dan perempuan, sehingga terbuka aurat perempuan dan menyebabkan laki-laki memandang tubuh wanita dengan pikiran kotor atau piktor, itu sudah haram. Apa salahnya mandi di rumah sendiri untuk membersihkan diri,” tutur H. Sakar Soeb.

Ditambahkan H. Sakar, menyambut Ramadhan, Umat Islam dianjurkan untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin secara fisik dan fisikis, agar memperoleh hasil secara optimal dalam menjalankan ibadah puasa. Dan bukan dengan mandi Balimau yang pada umumnya dilakukan oleh masyarakat yang kurang memahami maksud balimau. “Dalam Al-Quran dijelaskan bahwa tidak ada dianjurkan mandi Balimau menjelang Ramadan. Makanya kita dianjurkan untuk masuk Islam secara keseluruhan, bukan setengah-setengah,” tuturnya.

Ditambahkannya, dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 208 dijelaskan bahwa "Wahai orang-orang yang beriman masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan jangan kau mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (wandy)

google+

linkedin