CERDAS, pintar, ganteng dan bermoral. Itulah gambaran sekilas dari sosok anak muda yang bernama Febby Datuak Bangso Nan Putiah, kelahiran Kota Bukit Tinggi, 5 Agustus 1976 lalu.
Sebagai seorang pengusaha muda yang terjun ke panggung politik, cara Febby Dt Bangso Nan Putiah dalam berkomunukasi politik dengan audiennya selalu berprilaku santun dan pemikiranya tentang prilaku negatif moral anak bangsa terutama yang ABG, selalu jadi perhatian seriusnya.
Rasanya, kita masih ingat ketika Febby men share vidoe tentang kekerasan yang terjadi di sebuah sekolah dar di Kota Bukittingi, meskipun persoalan itu menyeretnya berurusan dengan aparat penegak hukum.
Bagi seorang politisi, terlihat dengan jelas, kalau Febby telah menyiapkan diri untuk terjun kepanggung politik dan telah siap pula dengan berbagai "badai" yang akan menerjangnya. Sepintas, terlihat kalau Febby telah memahami anekdot urang Minang. "Kalau takuik dilamun ombak, ndak usah berumah dipinggir pantai."
Kini, Febby termasuk salah satu kandidat yang diapungkan bakal maju di Pilwako Bukittingi. Bahkan, sejak 8 April 2014 lalu, konon kabarnya, H Febby yang kini dipercaya menjadi DPW Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) telah mendaftarkan dirinya ke Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Pimpinan Romahurmuzy.
Saat kedatangan Febby tersebut, bagi DPP PPP, kehadiran Febby merupakan orang pertama sebagai bakal calon walikota di Bukittinggi.
Yang menarik dan hebatnya, Febby disambut bagaikan orang yang pulang ke “rumahnya”. Betapa tidak, Isa Muhsin dan Mahmud Yunus merupakan orang yang dibesarkan dalam organisasi di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU), merupakan senior Febby yang saat ini menjabat Ketua Lazisnu PWNU Sumatera Barat.
Dari kajian dan analisa politik, komunikasi politik yang dijalani H Febby sudah merupakan langkah yang tepat dalam membangun komunikasi politik bersama partai Islam lainya.
Tampaknya tekad dan keinginan H Febby maju sebagai salah seorang kandidat, lebih karena ingin membangun dunia wisata Kota Bukittingi yang sesuai dengan adat dan budaya Minangkabau, serta agama Islam dengan bahasa wisata bersih.
Febby paham dan mengerti betul apa itu Sapta Pesona, yang harus dilakukan Pemko Bukittingi jika ingin menarik minat wisatawan berkunjung. Tanpa memperhatikan dan memperdulikan Sapta Pesona yang terdiri dari tujuh unsur yaitu aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah dan kenangan, jelas turis tak akan berminat datang ke Kota Bukittingi yang merupakan salah satu daerah kunjungan wisata.
Rasanya, masyarakat Kota Bukitting sudah tahu tentang sosok H Febby yang punya visi, misi yang jelas dan tegas tentang dunia parawisata, terutama Kota Bukittingi. Bahasa tegasnya, sudah saatnya Kota Bukittingi dipimpin anak muda sekaliber H Febby yang telah matang dengan dunia parawisata. (bersambung/penulis wartawan tabloidbijak)