JUJUR saya katakan, saat ini untuk  memilih pemimpin yang adil di Ranah Minang yang nota bene bergelar datuak sangatlah sulit. Kenapa? Karena kebanyakan pemimpin yang bergelar datuak sekarang ini  gaya dan lagaknya membela kepentingan rakyat, tapi  dibalik gayanya tersebut  rakyat dibuatnya  sengsara, tersiksa dan menderita, demi kepentingan diri sendiri dan kelompoknya.

Kini muncul beberapa nama yang bergelar Datuk. Irwan Prayitno Datuak Rajo Bandaro Basa. Muslim Kasim Datuk Bandaro Basa, Fauzi Bahar Datuk Nan Sati, Epyardi Asda Datuak Datuak Sutan Majo Lelo. 

Kempat Datuak ini termasuk yang akan berebut tahta Gubernur Sumatera Barat, yang akan digelar serentak Desember 2015. 

Siapakan dari datuak-datuak ini yang layak dan pantas jadi Gubernur Sumbar? Jawabannyo antahlah. Yang pasti mari kita samo-samo jadi penonton dan bagi anak kemenakan yang ikut jadi tim sukses, selamat berjuang.

Sebagai rakyat badarai, wajar-wajar saja, jika kita mengingatkan untuk hati-hati memilih pemimpin yang bergelar datuak pada pilkada serentak Desember 2015 mendatang tersebut. Kenapa? Tentu karena kita tak mau dan rela  pemimpin yang bergelar datuak itu terpilih, sedangkan prilakuknya zalim kepada rakyatnya. Apalagi Allah telah mengingatkan; “Hai orang-orang yang beriman! Tegakkanlah keadilan sebagai saksi karena Allah. Dan janganlah rasa benci mendorong kamu berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena itu lebih dekat dengan taqwa” (QS.Al-Maidah : 51).

Datuak pertama Irwan Prayitno yang di kampung asalnya, masyarakat memberikan kepercayaan kepada Datuak untuk diangkat menjadi Datuak Penghulu Suku Tanjuang di Kanagarian Pauh IX yang sekarang sebagian wilayahnya menjadi Kecamatan Kuranji Kota Padang. Sebagai Datuak Penghulu di kaum dan sukunya Irwan Prayitno  mendapat gelar Datuak Rajo Bandaro Basa.

Sebagai seorang datuk, Irwan Prayitno telah diterima di berbagai lapisan masyarakat. Bahkan di pentas nasional kini, Datuak telah memiliki relasi luas, di antaranya para pejabat negara, investor asing, LSM dalam dan luar negeri, jurnalis dalam dan luar negeri, aktivis mahasiswa, politisi dan pimpinan partai politik, peneliti dalam dan luar negeri, akademisi, ulama, intelektual, ekonom, masyarakat profesional, kalangan militer dan lainnya. Luasnya hubungan Datuak dengan dunia luar dan berbagai kalangan ini merupakan potensi untuk mempermuluskan  langkahnya untuk melanjutkan pengabdiannya menjadi gubernur keduakalinya. Apalagi Irwan Prayitno dalam balihonya selalu ada kata LANJUTKAN.

Datuak yang kedua adalah Muslim Kasim yang sekarang menjadi Wakil Gubernur Sumbar. Muslim Kasim diangkat oleh kaumnya Suku Sikumbang dengan gelar Datuk Bandaro Basa dan sampai sekarang masih dipercaya menjadi ketua LAKAAM Kabupaten Padang Pariaman. 

Drs. H. Muslim Kasim, Akt. MM. (lahir di Pakandangan, Enam Lingkung, Padang Pariaman, Sumatera Barat, 28 Mei 1942; umur 73 tahun) adalah seorang politisi dan birokrat Indonesia. 

Muslim Kasim  merintis karier sebagai birokrat sejak 1976 dan kini menjabat sebagai Wakil Gubernur Sumatera Barat. Sebelumnya  banyak mengabdikan Muslim Kasim  pada lembaga negara, yakni di  Bulog dan pernah menjadi Bupati Kabupaten Padang Pariaman dua periode. 

Yang ketiga Dr Fauzi Bahar dengan gelar datuk kebesaran Datuak Nan Sati. Di meliter, Fauzi Bahar berpangkat Letkol (Purn.),  lahir di Padang, Sumatera Barat, 16 Juli 1962; pangkat umur 52 tahun, merupakan salah seorang kader PAN dan  tokoh politisi  yang pernah menjadi walikota Padang, provinsi Sumatera Barat, dua periode.DI baliho yang dipajang diberbagai daerah dan kota, Fauzi Bahar menyebutkan dirinya SANG INSPIRATOR.

Datuak yang kaampek, Epyardi Asda, lahir di Singkarak, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, 11 Maret 1962; umur 53 tahun merupakan seorang pengusaha dan politisi di DPR RI saat ini. Epyardi Asda  duduk di kursi DPR-RI selama dua periode, yaitu 2004 - 2009 dan periode 2009 - 2014 sebagai anggota dewan mewakili rakyat dari daerah pemilihan (dapil) Sumatera Barat I yang meliputi beberapa daerah tingkat II, yaitu Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Padang, Kota Solok, Kabupaten Solok Selatan, Kota Sawah Lunto, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Dharmasraya, Kota Padang Panjang dan Kabupaten Tanah Datar.]

Epyardi dipercaya masyarakat untuk mewakilinya di DPR-RI melalui Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan oleh partainya ia ditempatkan di Komisi V yang mengurusi permasalahan Perhubungan, Telekomunikasi, Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat, Pembangunan Pedesaan dan Kawasan Tertingga. Di Balihonya Epyardi Asda menyebutkan;"APAKAH SUMBAR SUDAH MAJU?.'

Setahu saya, sosok yang didambakan masyarakat Ranah Minang, adalah sosok pemimpin yang pandai dan cerdas. Kenapa? Karena bagi orang Minang,  antara orang pandai dengan orang cerdas tidaklah sama. 

Orang pandai merupakan sosok yang dapat menjawab semua persoalan dengan ilmu dan keahliannya. Sebagai contohnya, kecerdasan berhitung, ilmu teknologi yang bersangkutan dengan kecerdasan Intelektualnya (IQ). Sedangkan sosok yang cerdas mampu membaca keadaan, mencari kesempatan di tengah kesempitan, kalau orang Minangkabau mengenalnya dengan orang yang arif dan bijak. Orang cerdas, arif bijaksana bukan hanya pandai, tapi juga dapat berpandai-pandai demi kemaslahatan rakyatnya. Itulah beda orang pandai dengan orang cerdas atau arif dan bijaksana.

Sebagai pemilih cerdas, kita mesti cepat tanggap dalam menilai dan menetukan pilihan siapa pemimpin yang layak dan pantas jadi gubernur. Maksudnya, harus bisa membedakan  mana pemimpin yang pandai dan cerdas,  dan mana pula  pemimpin yang hanya pandai. 

Untuk dicamkan, sosok pemimpim  yang banyak bicara dan banyak mengumbar atau menabur janji perlu diwaspadai dan dicikaraui. Kenapa? Karena pemimpin yang selalu menabur janji, bisa dikatakan sosok pemimpin bodoh, karena ada pribahasa menegaskan;"Air beriak tanda tak dalam”.

Masyarakat Minangkabau sangat medambakan sosok pemimpin yang sekaligus berperan sebagai ninik mamak dan penghulu. Tujuannya, agar selalu melakukan pembinaan dan pengawasan kepada anak kemenakan. Kemudian, Ranah Minang juga tak terpengaruh dengan globanisasi yang telah malondoh adat dan budaya.

Jika gubernur mendatang berperan sebagai ninik mamak dan Penghulu, diman setiap masalah yang ada dalam masyarakat dapat diselesaikan secara kekeluargaan, musyawarah mufakat yang merupakan landasan orang Minang dalam bermasyarakat dan bernagara. (penulis adalah waratwan bijak).

google+

linkedin