BIJAK ONLINE (Padang)-Sebagai Koordinator Daerah  Jaringan  Komunitas Masyarakat Peduli Perikanan, Pertanian dan Peternakan (JKMP4) Pesisir Selatan, Rosman Muchtar menyarankan  Syafrizal Ucok  sebagai salah satu kandidat calon bupati Pessel harus menegaskan sikapnya masalah pemekaran Renah Indojati.

"Selain masalah pemekaran Ranah Indojati, pak Ucok juga harus serius memperhatikan nasib petani sawit yang dipemainkan pengusaha dan penguasa," kata Rosman Muchtar yang dihubungi ketika menghadiri acara Panen Raya Padi  di Nagari Kasang Kabupaten Padang Pariaman yang dihadiri Jendral TNI Moeldoko, Rabu 20 Mei 2015.

Menurut Rosman, masalah pemekaran Ranah Indojati memang sudah menjadi program dan upaya bagi Syafrizal Ucok ketika maju di Pilkada Pessel periode lalu. Bahkan, masalah pemekaran termasuk salah satu temanya saat berkampanye.  Begitu jugaa saat Syafrizal Ucok menjadi Kepala Biro Pemerintahan Kantor Gubernur Sumbar. "Saya yakin, jika pak Syafrizal Ucok yang jadi bupati di Pessel, masalah pemekaran itu akan tuntas dan dalam masalah ini saya berani bertauh dengan siapa saja," kata Korda JKMP4 Pessel ini.

Kemudian masalah petani sawit, kata Rosman, Syafrizal Ucok harus punya sikap dan keberanian berpihak kepad petani sawit. Soalnya, selama ini nasib petani sawit sudah menjadi bulan-bulanan oleh pengusaha sawit dan para penguasa di Kabupaten Pesisir Selatan. 

Masalah harga sawit di Pesel, kata Rosman lagi, sudah sejak dari dulu harganya di bawah harga sawit di beberapa daerah di Sumatera Barat. Contohnya, jika harga sawit di Sumaera Barat  berkisar dekitar  Rp 1.200 sampai dengan Rp 1.6oo perkg, maka di Pesisir Selatan ada yang sampai Rp 800 perkilo. "Akibat anjloknya harga sawit tersebut, membuat masyarakat petani sawit tidak memanen kelapa sawitnya," kata putra Nagari Puluik-puluik ini.

Harga sawit itu pertahunnya, lanjut Rosman, hanya mengalami penurunan duakali dalam setahun, yakni dibulan November dan Desember, karena pengusaha kelapan sawit menghentikan aktifitasnya guna menghadapi tahun baru. 'Meskipun begitu, paling-paling hanya terjadi penurunan harga berkisar Rp 100 perkilo," tambahnya.

Sementara harga sawit tertinggi di Pessel hanya berkisar Rp 1.300 perkilo dan  itu pun hanya pada lima bulan saja terhitung  Februari sampai Juni. "Sudah tu, harga sawir akan anjlok terus, sehingga membuat petani sawit Pessel ada yang menjual panennya ke Dhamasraya dan beberapa daerah tingkat dua lainnya dan bahkan sampai ke Kota Bangko Provinsi Jambi," tambahnya.

Seharusnya, Asisten II Bidang Ekononomi Kantor Bupati Pessel harus bertindak dan bersikap masalah anjloknya harga jual sawit di Pessel. "Kenapa? Karena sebagai pejabat, asisten II itu punya kewenangan  mempertanyakan kepada pihak pengusaha sawit atau yang punya pabrik kelapa sawit," ujarnya lagi, sembari menambahkan, semoga Syafrizal Ucok yang berpasangan dengan Raswin menjadikan masalah petani sawit ini dalam programnya kedepan. (PRB)

google+

linkedin