BIJAK ONLINE (Payakumbuh)--Nilai-nilai kebangsaan  dan nasionalisme yang semakin terkikis dikalangan generasi muda Indonesia harus terus ditingkatkan dan digelorakan. Untuk itu, semakin penting upaya dalam meningkatkan kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bagi kalangan generasi muda.  

Hal itu  diungkapkan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Sumatera Barat Rahmat Tuanku Sulaiman, ketika membuka Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD)  yang diselenggarakan Gerakan Pemuda Ansor Sumatera Barat, Rabu (27/5/2015)  di  Pondok Pesantren Ma’had Islamy Kota Payakumbuh. 

Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD)  yang berlangsung hingga Kamis (28/5/2015) diikuti utusan dari Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota. Sedangkan instruktur PKD Ketua PW GP Ansor Sumbar Rusli Intan Sati  dan Armaidi Tanjung. Hadir pada pembukaan Rais Syuriah PC NU Limapuluh Kota Akmal DS dan Sekretaris PC NU Kota Payakumbuh Muhammad Kadafi yang juga anggota KPU Kota Payakumbuh. 

Dikatakan Rahmat,  selain derasnya arus informasi yang diserap kalangan generasi muda dari berbagai media informasi, yang tidak kalah berbahayanya terhadap ancaman NKRI tersebut adalah paham-paham radikal dan ingin merongrong keutuhan NKRI.
 Apalagi paham tersebut mengatasnamakan Islam, yang menganggap bentuk negara Indonesia tidak sesuai dengan Agama Islam. Mereka membawa paham dan pemikiran dari pihak asing mengatasnamakan agama ingin merubah NKRI. 

“Kita ini adalah orang Indonesia yang beragama Islam, bukan orang Islam yang hidup di Indonesia. Bagi Ansor, orang Indonesia yang beragama Islam pastilah akan merawat, menjaga dan siap hidup mati untuk Indonesia. Karena mereka lahir, besar dan hidup di Indonesia. Jadi, kelanggengan NKRI merupakan tanggungjawab setiap rakyat Indonesia. 
Termasuk bagi Ansor sendiri.  Hanya dengan NKRI aman dari gangguan, maka  bebas melaksanakan kewajiban beragama Islam,” kata Rahmat alumni Pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan Pakandangan Padangpariaman.

Berbeda dengan orang Islam yang tinggal di Indonesia. Orang ini mengakui beragama Islam dengan membawa paham-paham dari luar Indonesia dan menyerang apa yang sudah menjadi kehidupan beragama di Indonesia. 
Mereka tidak peduli dengan akibat paham, pemikiran dan tradisi dibawanya ke tengah masyarakat Indonesia menimbulkan keresahan dan mengancam keutuhan NKRI. Ironisnya, ada diantara mereka selalu mengusung pemikiran tidak percaya pada Pemerintahan yang sah, tidak mengakui Pancasila sebagai ideologi negara. Anehnya, negara pun seolah-olah membiarkannya, katanya.  

Dikatakan, tidak mengherankan kalau kelompok tertentu tersebut menginginkan apa yang menjadi budaya (tradisi) di Timur Tengah juga harus diterapkan di nusantara ini. Mereka tidak peduli, apa yang menjadi tradisi dalam kehidupan di sana, juga dipaksakan harus dilaksanakan di Indonesia. 

Padahal, saat ini  sudah banyak ulama di Timur Tengah mulai menyadari apa yang dilakukan Nahdlatul Ulama sebagai organisasi Islam  berpahamkan Ahlussunnah Waljamaah, dimana Ansor merupakan anak tertuanya, patut dicontoh dan dikembangkan di berbagai belahan dunia. 

Ulama asal Yaman DR (HC) Syekh Al-Habib Abu Bakar Al-Adni misalnya, memuji model perjuangan Islam di Indonesia. Ia memuji strategi dakwah  Nahdlatul Ulama.  Islam di Indonesia inilah yang sebenarnya dibutuhkan di berbagai belahan dunia ini. 

Di Timur Tengah tidak ada pendidikan tinggi  diselenggarakan  swasta seperti di Indonesia. Semuanya pemerintah.  Campur tangan bernuansa kepentingan politik pemerintah dalam urusan pendidikan berbahaya karena menghilangkan kemerdekaan dalam hal keilmuan.  Seperti mereduksi makna jihad dan sebagainya. 

Munculnya gerakan-gerakan Islam ekstrem di Timur Tengah di satu sisi, dan Islam liberal di sisi lain adalah dampak dari hal ini. Berbagai pergolakan di berbagai negara di Timur Tengah, termasuk  Yaman,  dampak dari campur tangan pemerintah dalam dunia pendidikan, tutur Rahmat menambahnya.  (amir)

google+

linkedin