HINGGA kini, masalah putra daerah dan pendatang,  masih menjadi topic pembahasan setiap ada pemilihan kepala daerah, apa itu pemilihan walikota, bupati dan gubernur. Begitu juga dengan pemilihan calon Bupati Kabupaten Dharmasraya. 

Kini, calon Bupati Dharmasrya Sutan Riska Tuanku Kerajaan yang berpasangan dengan Datuk Rajo Medan, Amrizal yang keduanya disebut-sebut putra daerah. Seperti Sutan Riska Tuanku Kerajaan tak hanya disebut putra daerah, tetapi juga raja yang dihormati di Kerajaan Koto Besar Dharmasraya. Kemudian, Amrizal Datuk Rajo Medan adalah putra daerah Sungai Kambuik Kecamatan Pulau Punjung.

Sementara lawannya, Adi Gunawan mantan Bupati Dharmasraya periode 2010-2015 lalu orang tuanya pendatang dari Kabupaten Solok. Sedangkan pasangannya Jonson Putra, warga Ampang kuranji. Kemudian, istri dari Adi Gunawan orang Kerinci.

Bagi masyarakat Dharmasraya masalah putra daerah, tentu menjadi pembahasan serius. Kenapa? Karena putra daerah hanya punya kesempatan untuk menjadi bupati hanya di Dharmasraya dan tak mungkin pula bisa menjadi bupati di Kabupaten Solok, Pesisir Selatan, Kabupaten Pariaman, dan Kota Pariaman. Khusus Kabupaten Padang Pariaman, sejak bupati Anas Malik, hingga kini tak satu pun pendatang bisa menjadi bupati di daerah Piaman Laweh tersebut. Bahkan, etnis Cina pun, hingga kini  tak boleh masuk ke Kota Pariaman, walaupun disana ada nama daerah kampuang Cino.

Masalah putra daerah ini kian menjadi bahasan sejak terjadinya era reformasi dan ego daerah kian memuncak dan menutup peluang bagi kandidat pendatang untuk menjadi kepala daerah, meskipun punya prestasi segudang. 

Sebagai kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Sijunjung, Dharmasraya sebelum di pimpim olah Adi Gunawan, dipimpin oleh putra daerah, yakni Marlon yang telah melatakan pondasi infrastruktur pembangunan yang berkesinambungan sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang.

Tapi sangat disayangkan, Namun apa yang dilakukan mantan Bupati Dharmasraya, Marlon tak dilanjutkan oleh penggantinya Adi Gunawan. Bahkan, ada tudingan negatig pada Adi Gunawan saat menjadi bupati hanya memperkaya diri, seperti membangun SPBU dan memborong semua kosumsi akomudasi dari Rumah Makan UMEGA yang merupakan rumah makan milik orang tuanya.

Yang ironisnya lagi, ada yang menuding Adi Gunawan memborong semua kosumsi, termasuk air mineral milik dinasti bisnisnya. Fakta ini membuat semua rumah makan di sepanjang jalan lintas Sumatera berkeluh kesah, karena di saat Marlon menjadi bupati, semua rumah makan itu menjadi pelanggan bupati putra daerah ini untuk memenuhi kebutuhan kosumsi dan akomudasi pemerintahan.

Mumpung, Pilkada Serentak berlangsung, 9 Desember 2015 mendatang, masyarakat yang menklaim dirinya putra daerah masih punya waktu berpikir jernih untuk menentukan pilihannya. Maksudnya, apa mau pilih putra daerah Suka-Aman atau pendatang AG-JOS. 

google+

linkedin