BIJAK ONLINE (SOLOK)-Sejumlah petani di Kota Solok, Sumatera Barat, beralih profesi menjadi pedagang dan buruh bangunan karena lahannya kering, serta kabut asap yang semakin tebal, selain itu juga karena hujan yang tak turun, menyebabkan petani beralih profesi, menjadi buruh di Pasar Raya Solok atau menjadi kuli bangunan. 

"Sekarang petani di sini ada yang menjadi pedagang untuk bisa tetap mendapatkan penghasilan, itupun hanya sementara, jika kondisi cuaca serta alam mulai membaik mungkin kami akan menjadi petani kembali," kata Lasni, seorang petani dari Simpang Rumbio, Kecamatan Lubuk Sikarah, Kota Solok, Senin, 21 September 2015.

Ditambahkan Lasni, sudah lebih dari sebulan tidak bertani, melainkan berjualan ubi, singkong atau apa saja yang dapat dijual dan menghasilkan uang. Ia mengungkapkan, lahan pertanian sudah sulit untuk ditanami karena tidak ada air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bertani. "permasalahanya bukan hanya lahan di sini, tapi juga karena kabut asap, yang menggangu, menyebabkan padi yang kami tanam juga kekurangan sinar matahari, kemudian, hujan juga gak turun-turun," katanya.

Petani lainnya, Panzul (60) menyatakan, sama tidak dapat menggarap lahan pertaniannya karena kesulitan mendapatkan air pada musim kemarau. Ia mengaku, sementara waktu beralih profesi menjadi buruh bangunan sejak dua bulan lalu. “Daripada nganggur, tidak bisa bertani, lebih baik cari penghasilan lain, jadi buruh bangunan," katanya.

Penghasilan menjadi buruh bangunan, kata Panzul, cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. "Lumayan dapat uang dari buruh nembok, atau cat rumah," katanya.

Ia menambahkan, musim kemarau yang sudah berlangsung sekitar tiga bulan itu membuat areal pertaniannya sulit mendapatkan pasokan air. Jika dipaksakan untuk bertani, Panzul bersama petani lainnya khawatir akan mengalami kerugian. "Sudah susah mendapatkan pasokan air yang cukup, dipaksakan untuk menanam sayuran, resikonya terlalu besar," katanya.(Wan/Van)

google+

linkedin