PUBLIK Sumatera Barat tentu tidak asing lagi dengan nama Syamsu Rahim. Pria kelahiran Paninjauan, X Koto Diateh, Solok, Sumatera Barat, 6 Maret 1956 ini merupakan mantan Bupati Solok 2010-2015. Sebelumnya menjadi Bupati Solok, Syamsu Rahim pernah menjabat Walikota Solok, salah satu kota kecil di Sumatera Barat. 

Sewaktu menjabat Wali Kota Solok, Syamsu Rahim mendapatkan beberapa penghargaan, yaitu: Adipura dari Pemerintah Republik Indonesia (2007), Penghargaan Widyakrama dari Pemerintah Republik Indonesia (2007), dan Leadership Award 2007 dari Leadership Park Institute, Jakarta (2007). 

Bahkan nama Syamsu Rahim sempat disebut sebagai calon kuat Gubernur atau Wakil Gubernur Sumatera Barat. Namun, perjuangannya untuk mendapatkan "tiket" dari partai politik sebagai syarat untuk maju "bertarung" pada ajang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gubernur/Wakil Gubernur Sumatera Barat kandas pada detik-detik terakhir pendaftaran, karena tak ada satu partai politik pun yang datang ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumbar untuk mendaftarkan namanya. 
Gagal maju dalam Pilkada Gubernur/Wakil Gubernur Sumatera Barat, Ia pun "direkrut" oleh pasangan calon gubernur/wakil gubernur nomor urut 1, Muslim Kasim - Fauzi Bahar (MK-FB) sebagai Ketua Tim Pemenangan. Sebagai Ketua Tim Pemenangan MK-FB, tentu dia berupaya agar jagoannya mendapatkan simpati rakyat. Ia pun turun ke lapangan untuk melakukan sosialisasi ke tengah-tengah masyarakat, dan harus kita akui, dia memang termasuk tokoh yang piawai untuk meraih simpati rakyat. 

Sebenarnya, tidak ada yang mempermasalahkan Syamsu Rahim mendukung pasangan MK-FB. Sebagai warga negara, tentu dia memiliki hak politik untuk menentukan siapa yang akan di dukung dan dipilihnya pada pilgub kali ini. Toh dia juga tokoh yang punya nilai jual yang cukup tinggi di tengah-tengah masyarakat, sehingga dirasa pas oleh sebagian kalangan MK-FB merekrutnya sebagai Ketua Tim Pemenangan. 

Langkahnya menjadi Ketua Tim Pemenangan MK-FB baru terasa mengusik, setelah dia diundang untuk dialog politik di salah satu station televisi lokal, beberapa waktu lalu. Dialog itu juga dihadiri oleh Ketua Tim Pemenangan Irwan Prayitno - Nasrul Abit (IP-NA), pasangan nomor urut 2, yaitu Sengaja Budi Syukur. Pertanyaan yang diajukan pembawa acara, seakan menjebak Syamsu Rahim untuk mengemukakan alasannya lebih memilih mendukung MK-FB, ketimbang IP-NA. 
Pada kesempatan itu, Ia mengemukakan enam alasan kenapa tidak mendukung IP-NA, yaitu : 1) Irwan Prayitno adalah termasuk orang yang tidak bisa menerima masukan dari siapapun. 2) Irwan Prayitno saat menjabat gubernur, kurang bisa melaksanakan etika hubungan antara pemerintah provinsi dengan kabupaten dan kota. Untuk masuk ke sebuah daerah, Ia lebih mendahulukan menghubungi partainya, ketimbang kepala daerah tujuannya itu. 3) Dirumah dinasnya maupun dikantor, tamu Irwan Prayitno lebih banyak dari kalangan partainya sendiri, ketimbang masyarakat lainnya. 4) Kurang menghormati tokoh – tokoh Minang. 5) Irwan Prayitno membuat hubungan pemerintah pusat dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, menjadi tidak baik. Jadi, jika Ia duduk kembali menjadi gubernur, maka bisa  memungkinkan anggaran Sumatera Barat hanya tertampung dalam kerangka normatif saja, tidak bisa mendapatkan lebih untuk pembangunan Sumatera Barat kedepannya. 6) Soal agama, ia terkesan meng-eksklusifkan kelompok agama sepaham dia saja. Agak terkesan menutup diri dari cara dan adab lainnya, sementara agama bersifat universal.

Enam poin penilaiannya ini terhadap Irwan Prayitno, juga dirilis oleh salah satu media online lokal dengan judul "Enam Hal Yang Dibenci Syamsu Rahim Terhadap Irwan Prayitno" (Silahkan klik dan baca disini). Penulis tidak ingin latah menyebut enam poin itu merupakan kebencian Syamsu Rahim, mungkin saja itu semacam kritik yang dia lontarkan kepada Irwan Prayitno secara pribadi. Dan dalam pesta demokrasi, merupakan hal biasa bagi satu kubu melontarkan kritik yang melemahkan terhadap kubu lawannya.

Akan tetapi, kritik melemahkan yang dilontarkan Syamsu Rahim tersebut tentu mengundang tandatanya publik. Betapa tidak, Syamsu Rahim dikenal sebagai pamong senior yang santun dalam berpolitik selama ini. Bukan kebiasaan Syamsu Rahim melakukan black campaign kepada lawan politiknya secara blak-blakan seperti itu. Tentu ada faktor yang mendorong Syamsu Rahim mengungkapkan enam poin "kebencian" tersebut. Bisa jadi faktor kekecewaan atau pesan dari pasangan yang didukungnya ?
Menurut Syahrial Aziz dari LSM Mamak Ranah Minang, kedua faktor tersebut bisa saja melatar belakangi Syamsu Rahim mengungkapkan alasannya tidak mendukung IP-NA. Faktor kekecewaan dapat dilihat dari proses awal niatnya maju sebagai calon Gubernur/Wakil Gubernur Sumatera Barat. Berdasarkan pengamatan LSM Mamak Ranah Minang, ungkap Yal Aziz, panggilan akrab Syahrial Aziz, Symasu Rahim termasuk orang yang ingin sekali berpasangan dengan Irwan Prayitno sebagai calon wakil gubernur. Dan memang, Syamsu Rahim memasang target untuk calon wakil gubernur sebenarnya, bukan gubernur. 

Keinginan Syamsu Rahim berpasangan dengan Irwan Prayitno dapat dilihat secara nyata dengan lobi-lobi yang dia lakukan langsung kepada Irwan Prayitno pada beberapa kesempatan, dan juga pernah diberitakan beberapa media lokal saat itu. Lobi-lobi dan komunikasi politik juga dia lakukan kepada partai politik yang sedari awal menyatakan mendukung Irwan Prayitno sebagai calon gubernur, yaitu Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), ungkap Yal Aziz.

Untuk memuluskan langkahnya berpasangan dengan Irwan Prayitno, Ia pun melakukan beberapa kali kontak dengan pengurus DPD dan DPP PKS dan Gerindra, baik kontak secara langsung maupun via telepon selular. Penulis pun sempat menanyakan kepada beberapa petinggi PKS dan Gerindra di daerah ini tentang adanya lobi-lobi dan komunikasi politik yang dilakukan Syamsu Rahim untuk berpasangan dengan Irwan Prayitno. Mereka pun membenarkan adanya lobi-lobi tersebut. Syamsu Rahim juga tercatat sebagai calon wakil gubernur yang mendaftar ke panitia seleksi calon kepala daerah yang dibentuk DPD Partai Gerindra Provinsi Sumatera Barat. Nama Syamsu Rahim termasuk enam kandidat yang dinyatakan lolos seleksi penjaringan oleh Pansel DPW Gerindra Sumbar untuk posisi calon wakil gubernur. 
Rinaldi, staf Irwan Prayitno yang selalu mendampingi calon gubernur yang diusung PKS dan Gerindra tersebut kian kemari, juga mengakui adanya beberapa kali pendekatan yang dilakukan Syamsu Rahim kepada Irwan Prayitno. Salah satunya, ketika Irwan Prayitno memberikan pengajian pada tabligh akbar di Mesjid Raya Tanjung Balit Kecamatan X Koto Diateh, Solok pada tanggal 24 Mei 2015. Irwan Prayitno diundang mengisi pengajian tersebut oleh pengurus mesjid yang salah satunya adalah Prof Karlos dari Universitas Bung Hatta. 

Pada kegiatan tabligh akbar tersebut, aku Rinaldi, Syamsu Rahim juga datang, sehingga membuat panitia terkejut, karena acara hanya dipersiapkan sesederhana mungkin, sebab Irwan Prayitno diundang bukan sebagai gubernur, tetapi semata-mata hanya sebagai da'i. Ketika diminta memberikan kata sambutan, Syamsu Rahim memuji-muji Irwan Prayitno sebagai umara sekaligus ulama, sosok yang sangat jarang ditemukan pada zaman sekarang. Bahkan, dia memohon dukungan dan doa restu jamaah agar bisa berpasangan dengan Irwan Prayitno. Ucapan yang sama, juga dia ulang pada beberapa kesempatan ketika Irwan Prayitno menghadiri kegiatan atau acara di Kabupaten Solok, ungkap Rinaldi blak-blakan. 

Jika diperlukan, tegas Rinaldi, dirinya siap mendatangkan saksi yang pernah mendengar pujian Syamsu Rahim kepada Irwan Prayitno, termasuk ucapan yang menyatakan keinginannya untuk berpasangan dengan Sang Datuk dari Kuranji tersebut. Pujian manis yang sampai kini masih diingat oleh staf khusus Irwan Prayitno ini membuat dirinya terheran-heran, kenapa sekarang Syamsu Rahim malah menyatakan ketidaksukaannya kepada Irwan Prayitno dengan mengeluarkan enam poin pernyataan tersebut ? 

Bagi Rinaldi, pernyataan tersebut bertolak belakang dengan pujian-pujian Syamsu Rahim kepada Irwan Prayitno. Rinaldi berharap, walau Syamsu Rahim saat ini berada pada posisi mendukung MK-FB, tetapi hendaknya tetap dalam koridor etika politik yang menyejukan, bukan malah mengungkapkan rasa "kebencian" itu. Terkecuali sedari awal dia memang tidak suka dengan Irwan Prayitno, lain persoalan. Namun, jika memuji setinggi langit dulunya, sekarang malah mengungkapkan "kebencian" lantaran gagal menjadi calon wakil gubernur mendampingi Irwan Prayitno, itu yang aneh bin lucu. Kalau pun dia tak mendukung Irwan Prayitno, tidak masalah, namun setidaknya dia tidak melontarkan enam poin "kebencian" itu. 
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al Hujuraat:12 ). 

Wallahul muwafiq ila aqwamith thariq, semoga Allah menuntun kita ke jalan yang paling lurus dalam pemilihan Gubernur Sumatera Barat tanggal 9 Desember 2015 mendatang. Amin. (Zamri Yahya, SHI, Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang)

google+

linkedin